Labels:
story
GUBRAK!!!!! Pantat ini masih perih rasanya ketika berbenturan dengan lantai. Kupaksa mata ini terbuka. Kugelengkan kepala pelan-pelan mencari secercah informasi dimana aku berada sekarang. Gorden-gorden panjang mengintip sedikit-sedikit ketika tertiup angin. Tempat tidur berjejer rapi tak ditempati. Suara hening menyeruak. Tak jelas mata ini menangkap cahaya karena kondisi ruangan yang remang. Hanya satu lampu pijar hampir tewas menyinari ruangan ini.
Aku bangun dari lantai dengan susah payah. Baru sadar aku ternyata terjatuh dari kursi tanpa lengan. Oh... aku tertidur tadi rupanya. Kulihat ibuku masih tertidur lelap di ranjang pasiennya. Ternyata aku tertidur ketika menunggu ibuku terlelap karena pengaruh obat.
Kubereskan pakaianku dari debu di lantai. Pantat ini masih nyeri rasanya ketika aku mendengar suara teriakan-teriakan. Terlintas di benakku itu hantu yang tersesat di dua dunia atau malaikat pencabut nyawa yang menjemput pasien-pasien ini. Ah jaman begini.. Kemudian aku melihat ibuku. Ia masih terlelap rupanya.
Kuberanikan diri untuk menerima kenyataan. Kusingkirkan beberapa helaian rambut ke belakang telingaku. Kupersiapkan mental yang hanya sebesar buah sesawi ini. Mata ini pun mulai terbiasa dengan cahaya remang ini.
"Setan kamu! Dasar setaann! Matilah kau! Setan!!! Setaaaaaannnnn!!!" Kemudian jeritan suara wanita itu semakin terdengar jelas. Berulang kali ia meneriakkan kata terakhirnya dengan sangat lantang. Suara gaduh pun terdengar. Langkah kaki tergesa-gesa. Seseorang baju serba putih layaknya perawat di rumah sakit kemudian menghambur keluar. Suara pintu terbanting pun terdengar. "Ibu, ini sudah malam bu. Ayo tidur-tidur."
Wanita paruh baya itu tetap berteriak sambil mengeluh kesakitan. Kulihat kaki kanannya sangat besar. Tempat tidurnya berada tidak jauh dari tempat tidur ibuku. Ia berada di pojok kanan sedangkan bangsal ibuku berada di pojok satunya lagi. Kami sama-sama berada di deretan kiri pintu masuk. Ada sekitar 10 bangsal di sini.
Semakin terlatih penglihatanku melihat apa yang terjadi. Wanita itu masih berteriak kepada pria paruh baya di sebelahnya. Ia mengeluh kesakitan namun tampaknya pria itu tak mau membantunya. Ia tetap memilih tidur. "Sudah bu, doa. Berdoa kemudian tidur" jawab suster itu berusaha menenangkan pasiennya. Profesionalisme kerja kurasa, mungkin dia tidak akan melakukannya bila jadi aku. Agak aneh suster ini kupikir. Tidak sebaiknya ia memberi wanita ini pil penahan rasa sakit atau pil penenang. Wanita itupun memaksa diri untuk terlihat tenang. Melihat keadaan normal kembali, suster pun keluar. Tetapi wanita itu masih tetap mengerutu dan menghujani suaminya dengan maki-makian.
Aku pun sudah bersiap-siap tidur dan pura-pura tidak terjadi apa-apa sampai wanita itu mengeluh kesakitan. Pria itu tetap tidak bergeser dari kursinya. Ia masih tertidur. Kemudian aku membayangkan bila itu ibuku yang berteriak kesakitan. Kuberanikan berjalan menghampiri wanita itu. Semakin jelas aku menerima kenyataan di depanku. Kondisi kaki ibu ini benar-benar parah. Kakinya sudah 2x lebih besar dari kaki normalnya. Banyak nanah yg hampir meletus rasanya bila aku terkan kuat-kuat. "Nak tolong ambilkan bantal itu, ini ibu nggak bisa gerak". Kuambil bantal itu trus kujejalkan di bawah kakinya agar ia nyaman. Ibu itu kemudian tersenyum. Tanda berterima kasih kupikir. Namun ada sesuatu yang tak asing dari senyumnya itu. Seperti senyum yang sering aku lihat di kaca. Tapi mungkin itu pikiran aku saja. Kemudian selang beberapa detik, aku melihat salah satu nanah di kakinya pecah dan tak berhenti-henti mengalir. Spontan tangan ini menahan aliran nanah itu. Tapi justru semakin banyak yang mengalir. Aku bingung. Ibu itupun semakin berteriak kesakitan. Aku takut itu gara-gara bantal yang aku taruh. Aku kemudian berlari mencari suster. Tidak ada. Panik. Akhirnya aku kembali ke ruangan tadi. Tapi apa yang aku dapati adalah ruang kosong. Serba putih. Tidak ada gorden tertiup angin, tidak ada tempat tidur berjejer, tidak ada ibuku yang terlelap, apalagi wanita yang berteriak-teriak. Kulihat nanah hijau wanita itu masih mengalir di tanganku. Tiba-tiba kakiku terasa sakit sekali kemudian nanah pun mengalir dari kaki kananku. Kepalaku mulai pusing. Sedetik kemudian aku tersadar...
Cahaya mulai memudar
Mata mulai terasa berat
Aku mengantuk
Sangat mengantuk
Sayup-sayup kudengar suara ibuku memanggil namaku. Tak peduli
Tapi aku sangat mengantuk. Aku mau tidur. Capek. Capek sekali..
Lemas. Aku mau tidur!
10/11/10
Novie
0 comments:
Post a Comment